Monochrome adalah teknik menggambar
dengan menggunakan hanya dua warna yaitu hitam dan pilihan warna lain (putih,
merah, biru, dll.). Gambar diatas merupakan salah satu karya monochrome dengan
menggunakan warna hitam dan putih. Saya menyukai teknik menggambar tersebut,
karena melatih kreativitas seseorang hanya dengan menggunakan bahan yang
terbatas (warna yang terbatas). Teknik monochrome biasanya dilakukan oleh para
desainer grafis, tattoo, dan komikus. Bukan hanya menggambar objek, tetapi juga
dapat diterapkan untuk menggambar kaligrafi, doodle, atau frame/bingkai. Lalu,
teknik monochrome biasanya menggunakan tinta dengan alat yaitu spidol, drawing
pen, atau kuas. Sebenarnya monochrome juga dapat dilakukan seperti membatik.
Saya menyukai monochrome karena dapat membuat orang lebih memahami konsep
shading dalam menggambar.
Berikut adalah satu video motivasi dari iklan kosmetik Thailand yang baru diupload pada 30 Agustus 2015, yang saya temukan sedang ngetrend di FB. Tentang seorang wanita yang berusaha mengahadapi dunia nyata dengan apa adanya, dan bagaimana seseorang begitu tergantung pada sosmed dan aplikasi photo editor/selfie sampai-sampai menipu dunia dan dirinya sendiri :
Ya, jadi sebenernya aku dah lama mikirin hal kayak gini sejak kelas 8. Tapi, baru bisa nulis sekarang... Yah, sebenernya cuma mau menuangkan isi pikiran ke sini, berhubung juga ingin memberikan kritik dan saran. Jika tidak segera dikeluarkan, nanti cepat depresi wkwkwkwk :v Gak usah banyak cakap lagi, to the point. Let’s go.
Oke, aku sendiri kepikiran hal ini karena satu peristiwa. Waktu itu, aku baru masuk SMP. Aku kaget mendengar kalau di SMP bakal sekolah 6 hari. Jujur aja, aku sebenarnya keberatan, karena aku dari SD sudah terbiasa sekolah 5 hari. Tapi akhirnya aku jalani juga. Itu yang pertama. Yang kedua, ketika aku kelas 8. Aku ikut dalam OSIS. Kesibukannya pun dapat ku pertanggungjawabkan karena itu merupakan pilihanku untuk menjadi anggota OSIS. Tapi, pada waktu ku berada di kelas 8, Kurikulum 2013 mulai diterapkan. Aku sih, biasa-biasa saja, tidak keberatan. Menurutku, justru kurtilas lebih baik daripada KTSP. Siswa jadi lebih mandiri. Namun, teman-teman menyatakan keberatannya. Aku berpikir, bukankah semua tugas yang menuntut siswa untuk selesaikan sendiri adalah untuk membuat mereka jadi mandiri, lebih berwawasan, dan kreatif? Bukankah semua perkembangan itu baik adanya? Dari KTSP ke KurTiLas? Itu kedua.
Nah, aku sendiri bukannya mau menjelekkan sekolahku. Hanya saja, aku berusaha bersikap sebagai wakil dari kritikan mereka yang akan kubuat positif dan membangun. Sekarang ke masalahnya. Jam pelajaran di sekolahku yaitu 8 jam pelajaran pada hari Senin, Selasa, Rabu, dan Kamis. 5 jam pada hari Jumat, dan 6 jam pada hari Sabtu. Kenapa tidak diratakan saja? Itu pertanyaanku yang pertama. Nah, setauku 1 jam pelajaran itu 45 menit, jadi jika 8 jam sekolah bubar pada jam 1 siang. Kalau itu aku sudah biasa sedari SD. Tapi, sejak aku naik ke kelas 9, aku merasa banyak hal yang diubah. Kegiatan Active English dijadikan satu dengan jam pelajaran. Pelajaran tambahan selama 2 jam.
Lalu, apa masalahku? Teman-teman banyak yang curhat ke aku bahwa mereka merasa keberatan dan lelah karena jam pelajaran yang sampai jam 1 siang. Belum lagi, jika ada acara OSIS atau kegiatan kelas selesai pulang sekolah. Ada juga yang les ini itu, ada urusan keluarga, dll. Dan yang menjadi mimpi buruk mereka ialah PR yang menumpuk dan ulangan harian yang mendatang. Mereka sangat kelelahan. Belum lagi ada ekstra wajib dan pilihan. Tetap saja, harus pilih satu kan? Nah, ini nih yang bikin aku bingung. Pulangnya jam 1, ekstranya jam 3 an. Yah, kalau ekstra pramuka sih masuk akal. Karena cuaca di siang hari bisa membuat siswa cepat lelah, sehingga tidak efektif dalam menjalani kegiatan. Tetapi, jika misalnya ekstra paduan suara, atau musik, atau basket? Menurutku lebih baik, sesudah jam pulang sekolah diberikan waktu 1 jam istirahat lalu mulailah ekstra-ekstra tersebut. Mengapa? Seperti pepatah. Lebih cepat, lebih baik. Menurutku, pada sore hari murid-murid sudah lelah dan tenaga mereka tinggal separuh tenaga pada pagi hari. Jadi, jika ekstra dilakukan pada sore hari, murid jadi tidak fokus. Meskipun mereka sudah makan dan istirahat di rumah hasilnya tetap saja. Menurut pandanganku, jika seorang murid sudah mencapai rumahnya sesudah pulang sekolah, dan istirahat dengan waktu lama, mereka akan malas untuk kembali ke sekolah. Apalagi jika ada faktor-faktor yang mendukung ia untuk tidak bisa ikut ekstra, seperti jarak rumah dan sekolah yang jauh. Itu yang pertama.
Nah jika mereka ekstra pada sore hari, otomatis mereka akan pulang di jam menjelang malam. Dan pada malamnya, mereka harus mengerjakan tugas-tugas sekolah ataupun belajar. Tetapi, mereka tidak bisa fokus, karena sudah terlanjur lelah. Terus bagaimana? Akhirnya bisa berakibat pada nilai siswa dan perkembangannya di sekolah.
Nah itu. Ekstra sebaiknya dilakukan di siang hari. Sekarang, ke hal yang agak rumit. Banyaknya jam pelajaran di sekolah. Jam pelajaran di sekolahku tidak merata. Aku sendiri sebenarnya tidak tahu mengapa. Apakah karena tenaga guru yang kurang, atau apalah itu, tetapi bagiku hal itu tidak biasanya terjadi. Sebenarnya, bukan hanya sekolahku saja yang 6 hari sekolah. Tapi, pasti ada pula, dan banyak juga sekolah yang menetapkan 6 hari sekolah. Kalau aku sering dengar, di luar negeri sekolah hanya sampai jam 11. Ada juga sih yang sampai jam 3, tapi.. Mereka masuknya jam 10 pagi. Itu di Australia. Di Indonesia, di jenjang SMP dan SMA yang menerapkan 6 hari sekolah, jam pelajarannya bisa mencapai ±42 jam per minggu. Di Jepang hanya 30 jam, di Perancis hanya 32 jam. Sampai-sampai aku lihat di Internet bahwa Indonesia mencapai peringkat 1 dengan 242 jumlah hari sekolah per thaun. Wah wah.. Kaget aku. Di sisi lain aku terkejut, ternyata murid Indonesia kuat-kuat ya, bisa bertahan walau padat banget jam pelajarannya.. hahaha :v Tapi di sisi lain, melihat dari perkembangan Indonesia di bidang pendidikan, masih di belakang negara-negara lain, seperti China, Australia, Jepang, bahkan Malaysia.
Terus maksud masalahnya apa? Maksudku, sebaiknya sekolah menetapkan 5 hari sekolah saja. Mengapa? Selain berbagai alasan di paragraf yang tadi, ada juga beberapa yang lainnya. Siswa kelelahan. Siswa dituntut untuk fokus belajar selama ±6 jam, ditambah fokus lagi pada saat peltam, fokus pada saat ekstra, apalagi jika menjelang ujian. Wah, modyar... Itu pertama.
Lalu, sebenarnya siswa hanya dapat menyerap pelajaran secara utuh selama 4-5 jam. Selebihnya itu, hanya separuh atau seperempatnya. Itu kedua. Kemudian, muncul dari keluarga. Bayangkan jika seorang murid sekolah seharian, dengan tugas-tugas sekolah yang bejibun, ulangan dalam jumlah banyak, apakah dampaknya pada siswa? Siswa terbebani. Siswa tertekan. Dengan rasa tertekan tersebut jika berkelanjutan, maka akan menjadi suatu masalah. Siswa jadi tidak dapat fokus pada pelajaran. Akibatnya? Nilainya menjadi rendah. Lalu? Tentu orangtuanya akan kecewa dan ada beberapa yang memarahi anaknya dan menuntut agar mereka belajar lebih giat, padahal mereka sudah berusaha sesuai kemampuan mereka. Beda dengan anak-anak pintar dan cerdas, yang selalu mendapat nilai tinggi. Tanyakan pada mereka, apakah mereka pernah tertekan karena hal-hal tersebut? Waktu itu aku pernah menanyakan hal itu kepada temanku yang selalu mendapat peringkat 3 besar di kelas. Ternyata, jawabannya sama. Ia tertekan. Keberatan. Tidak fokus.
Selain itu, anak yang sering dimarahi orangtuanya akan merasa minder dan kecil hati. Merasa dirinya tak mampu untuk menjadi kebanggaan orangtuanya. Anak akan merasa bersalah. Akibatnya, ia menjadi depresi. Tidak bisa melakukan hal secara total dan membuatnya bermanfaat baginya. Ketiga, bandingkan kemajuan pendidikan di Indonesia dengan di luar negeri. Bagaimana bisa orang-orang luar negeri lebih maju dalam pendidikan daripada Indonesia, sementara mereka hanya belajar selama 5 jam saja sehari? Faktor keseimbangan. Antara belajar dan bersantai perlu keseimbangan yang pas. Belajar itu penting, namun refreshing dan bermain itu perlu. Bukan sekedar untuk menghibur diri, namun untuk menyegarkan kembali pikiran, mencari inspirasi baru, dan mencegah pikiran yang jenuh. Kalau siswa hanya berat di bermainnya bagaimana? Itu merupakan pilihan mereka sendiri. Di sini peran orangtua sangat penting. Sebagai seorang murid pasti pernah merasakan rasa kangen sekolah ingin belajar bersama, di saat libur panjang. Aku juga begitu kok :V Itu menandakan siswa sudah melekat pada ilmu pengetahuan, mereka merasa membutuhkannya walau itu membosankan. Jadi, bukan merupakan suatu halangan untuk menjadi seimbang antara belajar dan bermain. Toh, pada jaman sekarang mulai berkembang metode “bermain sambil belajar”, iya kan?
Lalu, masalah peltam. Menurutku, peltam seharusnya ditujukan hanya untuk siswa yang merasa mereka perlu menjalaninya. Kenapa? Kembali lagi ke diri siswa. Siswa sudah benar-benar paham tentang suatu bab pelajaran, tidak perlu mengulanginya lagi, apalagi memaksanya untuk mempelajari kembali bab tsb. Karena pikiran mereka akan jenuh, dan mereka akan menjadi bosan. Lalu? Mereka jadi tidak fokus. Dan bagi siswa yang merasa belum paham akan suatu bab pelajaran, harusnya mengikuti peltam. Jadi, seperti metode les.
Kemudian, peran guru di sini merupakan faktor utama kesuksesan siswa dalam memahami pelajaran. Metode mengajar yang digunakan guru sebaiknya membuat siswa mudah mengerti. Sebaiknya dalam cara yang menyenangkan atau tidak membuat bosan, seperti menggunakan perumpamaan cerita-cerita atau metode alternatif. Selain itu, komunikasi dan hubungan antar siswa dan guru juga mempengaruhi. Bagi siswa yang dekat dengan gurunya akan berpikir bahawa seorang guru adalah seorang yang ia hormati dan percaya bahwa mereka (guru-guru) dapat membantu mereka dalam mempelajari berbagai ilmu pengetahuan. Jadi, mereka bisa mengerti metode pengajaran guru tsb dan akhirnya dapat sukses mempelajarinya, atau bahkan mengkritik gurunya demi perkembangan guru dan murid itu sendiri. Maka dari itu, siswa maupun guru hendaknya berpikiran positif dan saling memahami demi perkembangan masing-masing. Perkembangan guru untuk dapat mengajar lebih baik, dan perkembangan siswa untuk dapat sukses belajar sesuai harapan.
Jika pada menjelang UN, peltam memang harus diadakan. Tetapi, fungsinya untuk membuat siswa memiliki jam yang lebih untuk memahami materi pelajaran. Bukan untuk membuat mereka semakin tegang. Aku ingat menjelang UN pada waktu SD dulu. Papa ku menyuruhku untuk rileks saja. Jika ingin bermain, bermainlah. Jika ingin belajar, belajarlah. Semua tergantung diriku. Begitulah. Dan menurutku itu baik. Karena keinginan siswa untuk sukses, merupakan faktor utama penentu kesuksesannya itu. Aku disiruh papa agar tidak tegang saat UN, berpikir positif, berusaha semampuku agar cita-citaku tergapai, yaitu lulus. Hasilnya? Sesuai harapanku. Lulus dengan nilai UN diatas 8 semua (9). Pada waktu itu aku ikut peltam dengan teman-temanku, hanya beberapa. Karena sebagian sudah mengikuti banyak les. Percuma saja jika kita sudah paham dengan suatu materi pelajaran, tetapi saat diuji kita tegang dan gelisah. Hasilnya tidak dapat maksimal. Jadi, menurutku selain peltam, mungkin bisa dianjurkan sesudah peltam ada waktu untuk motivasi atau rekreasi sebentar untuk membuat siswa rileks ketika diuji pada waktu UN.
Ya, kira-kira itu pendapatku.. Panjang banget ya :V gapapa, emang lagi niat nulis sih... Jadi, saya mohon maaf yang sebesar-besarnya bila ada kata-kata yang kurang berkenan, ataupun ada pihak yang merasa tersindir, saya tidak bermkasud demikian. Karena kritik yang saya utarakan demi kemajuan bersama. Saya berterimakasih bila ada yang sudah membacanya sampai di sini, apalagi berusaha mewujudkan kritikan saya, sekecil apa pun saya apresiasikan.
Demikian dari saya.
Thanks for reading~! :’3
Video kenangan (atau lebih tepat koleksi :v) berisi event-event yang diadakan osis SMP Pius Gombong dari tahun 2014-2015 by myself. Bikinnya sih cuma berapa menit, uploadnya yang sampe 2 jam :v, bahagia banget bisa selesai.
Oya videonya bisa ditonton disini.
Tak terasa Indonesia telah
mencapai usianya yang ke-70 tahun. Kalu dipikir-pikir merupakan usia genap.
Biasanya kalau sudah menginjak angka seperti ini, akan ada banyak harapan dan
cita-cita pada acara ulang tahun RI. Usianya yang emas. Kalau di daerah saya,
di Gombong, terasa persiapan tahun ini lebih ramai daripada yang sebelumnya.
Ramai orang-orang yang menghias
tiang-tiang di pinggir jalan dengan warna merah putih. Banyak yang memasang
bendera Merah Putih di depan rumah. Juga, ada yang sengaja mengecat ulang
rumahnya supaya lebih indah untuk memeriahkan ulang tahun RI. Jika diingat
kapan mereka memulai menghias lingkungan mereka, malah sejak tanggal 1 Agustus.
Terlihat sekali, warga antusias menyambut hari ulang tahun Indonesia tahun ini.
Apalagi di kota Gombong ini. Benteng Van der Wicjk juga mulai ramai.
Sekolah-sekolah juga mulai sibuk
dan dipenuhi dengan agenda untuk ikut serta memeriahkan acara tersebut.
Menyiapkan para murid untuk upacara tujuhbelasan, melatih pasukan drumband
untuk aubade, semua sudah dilakukan dari awal bulan Agustus. Jika dilihat dari
tahun yang kemarin, tahun ini akan lebih ramai dari tahun lalu, dilihat dari
persiapan dan beragam acara-acara kecil yang dibuat warga lingkungan. Ada warga
yang menyiapkan perlombaan kecil, murid-murid di sekolah juga mengadakan acara
agustusan, dll. Di beberapa stasiun televisi pun penuh dengan jadwal-jadwal
acara mengenai persiapan tujuh belasan. Acara berita benar-benar mengenyangkan
kita dengan seluruh peristiwa mengenai kemerdekaan Indonesia.
Tetapi, melihat pada jaman
sekarang, apakah Indonesia sudah benar-benar merdeka? Saya rasa belum. Di
sana-sini terdapat sampah, rakyat miskin yang tinggal di pemukiman kumuh, dan
berbagai penyalahgunaan wewenang oleh orang-orang kursi atas di pemerintahan.
Dan maraknya, penjahat pada masa ini bukan hanya yang bertato dan bertindik,
namun yang berdasi pula. Jika melihat dari itu semua, maka yang terpenting
ialah kebersamaan semua warga dan rasa cinta tanah air lah yang membuat mereka
semangat untuk membela tanah air dan memperjuangkan tidak hanya keadilan, namun
juga memperkuat persatuan di negeri kita ini. Dengan terlaksananya ulang tahun
Indonesia, semoga semua warga lebih menghormati sesama, dan menjaga persatuan
dan kesatuan bangsa. Semoga Indonesia menjadi negara yang lebih maju, bebas
diskriminasi dan korupsi, dan menjadi negara yang damai dan kuat persatuannya.
DIRGAHAYU INDONESIA KU
!!!
Pada Sabtu, 1 Agustus 2015 SMP Pius Bakti Utama Gombong diramaikan suara anak-anak yang bersorak gembira. Ya, hari itu adalah hari ulang tahun sekolah ku. Sekolah ini berdiri sejak 1 Agustus 1954. Jadi, tahun ini SMP Pius B.U. Gombong sudah berumur 61 tahun. Lumayan tua juga, ya… Sama seperti SMP Pius, TK Pius pun juga merayakan hari ulang tahunnya. Pada hari itu, diadakan misa syukur di sekolah, dan pesta kelas. Dimulai dari pk 08.00 sampai 12.30.
Acara ini diselenggarakan sebagai ucapan syukur karena bertambahnya umur sekolah ini. Semua warga sekolah terlibat secara aktif. Mulai dari murid-murid, guru-guru, karyawan dan staff, sampai suster juga terlihat sibuk dalam acara ini. Pertama, pada pk 08.00 bel berbunyi, dan murid-murid masuk ke kelas seperti hari biasa. Setelah doa pagi, setiap kelas menyiapkan tempat duduk untuk makan bersama. Oh iya, tentang makan bersama maksudnya acara syukuran yaitu potong tumpeng dan makan bersama tiap kelas. Lalu, setelah itu, murid-murid pun menuju lokasi belakang untuk mengikuti misa syukur. Misa diadakan di Gedung Keterampilan. Misa dimulai kira-kira pada pk 08.15 dan berakhir pada 09.30.
Saat misa, murid-murid dapat mengikuti dengan khushyuk. Dalam khotbah, juga disampaikan bagaimana sesama saling membutuhkan seperti halnya anggota tubuh yang satu dengan yang lainnya berhubungan. Juga diucapkan rasa syukur dan permohonan untuk sekolah dan seluruh warga sekolah. Setelah misa selesai, murid-murid menyanyikan lagu Mars SMP Pius dan Happy Birthday. Di sini, semuanya senang, terlihat dari betapa semangatnya mereka menyanyikan lagu mars dan Happy Birthday.
Setelah misa, diadakan acara karaoke dari masing-masing kelas. Tetapi, sebelum acara itu dimulai, ada yang sudah menyiapkan petasan sebagai tanda dibukanya acara tersebut. Wah, ada-ada saja. Petasan pun dinyalakan, dan acara resmi dimulai. Setiap kelas menampilkan lagu pilihan mereka masing-masing. Seluruh kelas membawakan lagu dengan semangat dan gembira. Oh ya, kalau soal lagu, menurut aku dan teman-teman sih cukup banyak kelas yang membawakan lagu yang sama, yaitu lagu Jamrud-Selamat Ulang Tahun. Tapi, karena suara setiap anak berbeda, jadi nggak bosen liat penampilannya. Ditambah, 1 lagu bebas yang pasti berbeda-beda tiap kelasnya. Ada juga guru yang ikut membawakan lagu. Wah, nampak sekali antusias warga sekolah di acara ini ya…
Lalu, kira-kira pk 11.00 acara tsb selesai, dan dilanjutkan pesta kelas. Tetapi, sebelum itu Kepala Sekolah kami memotong tumpeng dahulu sebagai pengesahan mulainya pesta kelas. Kemudian, murid-murid mulai masuk ke ruang kelas mereka masing-masing dan memulai makan bersama. Rasanya senang sekali bisa berkumpul bersama teman-teman dan bermain bersama. Setelah makan bersana, murid-murid membersihkan kelas dan menata ulang tempat duduk untuk pelajaran senin besoknya. Sesudah itu, berdoa sebelum pulang, lalu bel pulang sekolah berbunyi pada pk. 12.30, dan semua murid pun pulang ke rumah masing-masing. Melelahkan tapi menyenangkan. Itu yang sebenarnya aku rasakan saat acar berlangsung. Tapi, aku bahagia acara hari itu berjalan lancar meski agak berantakan waktunya, tetapi jam pulang bisa tidak berubah sehingga murid lain tidak mengeluh soal jam pulang. Kebetualnnya, aku ambil bagian dalam menyelenggarakan acara tersebut. Sibuk sih, tapi menyenangkan bisa merayakan hari ulang tahun sekolah meskipun tidak begitu mewah, namun kebersamaan menjadi hal utama bagi aku dan teman-teman. Aku harap hari-hari seperti ini bisa terjadi lagi. Sekian & Terima kasih~